Sutradara: Kirk Jones | Tahun: 2009 |
Keluarga. Delapan huruf, beribu makna. Setiap orang punya interpretasi berbeda tentang kehidupan ideal sebuah keluarga. Karya sinema rilisan akhir 2009 ini menyuguhkan untaian cerita yang menggugah bagi penonton. Itulah yang terasa dalam film yang merupakan remake dari film Stanno Tutti Bene (Italia) ini.
Semenjak istrinya wafat, Frank Goode (Robert de Niro) merasa hubungan dengan keempat anaknya menjadi renggang. Setiap ada kesempatan, mereka yang tinggal di empat kota berbeda di AS biasanya berkumpul di rumah. Tapi tidak untuk tahun ini karena berbagai alasan. Merasa kecewa dan ingin mengetahui keadaan anak-anaknya, berangkatlah Frank Goode -meski kondisi kesehatan tidak layak untuk perjalanan jauh- menghampiri anaknya satu demi satu.
Semenjak istrinya wafat, Frank Goode (Robert de Niro) merasa hubungan dengan keempat anaknya menjadi renggang. Setiap ada kesempatan, mereka yang tinggal di empat kota berbeda di AS biasanya berkumpul di rumah. Tapi tidak untuk tahun ini karena berbagai alasan. Merasa kecewa dan ingin mengetahui keadaan anak-anaknya, berangkatlah Frank Goode -meski kondisi kesehatan tidak layak untuk perjalanan jauh- menghampiri anaknya satu demi satu.
Perlahan, masalah hidup yang dialami ketiga anaknya yang berhasil dikunjungi terungkap. Ternyata, kenyataan tak selalu indah dan sesuai harapan. Ada masalah perceraian, problem pekerjaan karena tidak berhasil meraih posisi sesuai ekspektasi, hingga yang punya anak tanpa suami. Lebih runyam lagi, keberadaan David sebagai anak yang digambarkan berjiwa paling rapuh juga tidak jelas (hingga menjelang akhir film).
ULASAN
APA KATA ROOMEY?
Film ini bagus karena kuatnya alur cerita dan karakter-karakter yang bermain secara wajar, ditambah deretan lagu yang pas mendukung suasana. Tiap keping cerita yang terungkap secara bertahap itulah yang membuat penasaran. Adegan saat Frank Goode koma dan berdiskusi dengan keempat anaknya (versi masih kecil) di meja taman belakang rumahnya juga patut disimak. Satu per satu anaknya membuat pengakuan tentang problem mereka yang membuat Frank bingung apa yang harus dikatakannya bila dia sampai wafat dan bertemu istrinya di akhirat? Ada pula beberapa adegan atau dialog lucu yang sangat tipikal orangtua. Seperti ketika Frank membanggakan diri kepada sesama penumpang kereta bahwa jasanya sebagai pensiunan petugas penyambung kabel telepon sangatlah besar bagi banyak orang. Atau menceritakan kisah anak-anaknya yang sukses. Belum lagi saat Frank ingin selalu mengabadikan setiap momen pertemuan lewat kamera standar (terkadang membuat anaknya malu/canggung). Yang juga mengesankan adalah ilustrasi pentingnya komunikasi, ditunjukkan dengan beberapa kali menyorot kabel telepon saat percakapan terjadi.
Petunjuk: Bagi yang belum atau mau merasakan sekelumit kedahsyatan akting Robert De Niro, coba saksikan adegan saat Frank Goode ‘curhat’ di depan batu nisan istrinya pada durasi 1:27. Saya sendiri mengulang adegan itu sampai 5x. Aneh? Biarlah, yang penting puas memerhatikan perubahan emosi (dari ketawa langsung menangis) yang terekam dalam beberapa detik tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar